Rupa Hayati


Pagi buta menengok pigura

Pada pigura usang berjamur pula

Yang tengah berdiri diujung  tembok berwarna merah bata

Disamping boneka bersandar ria

 

Papa duduk menangis di kursi depan

Memandang pajangan si gadis empat puluh tahun silam

Masih bernyawa di dalam angan

Tapi tubuhnya mati tinggal kenangan

 

Papa bergumam pada pagi di tengah pagi

“Cepatlah malam cepatlah ku menutup kelam

Bersama balada menjenguk adinda

Yang tengah terlelap dicerca iba

Menanti kekasih sudah ratusan hari”

 

(Blitar, 2020)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teras Bahasa: Gerakan Literasi Bahasa

Dear My Dears

Tala Loka