Mengajar di Thailand Selatan: Menggali Makna Lintas Budaya dan Bahasa
Mengajar di Thailand bukan hanya sekedar tentang berbagi ilmu, bukan juga tentang mencari identitas sosial, melainkan menggali petualangan serta belajar menjalankan kehidupan dengan lingkungan yang berbeda bahasa dan budaya. Tidak mudah untuk bisa sepenuhnya menjadi bagian dari pengalaman itu, namun banyak kerinduan yang tersisa sepulangnya.
Program mengajar di Thailand, yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga swasta dari Thailand, menjadi daya tarik bagi mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman menarik dengan berbagi ilmu dan mengenal lebih jauh budaya Thailand, khususnya wilayah Thailand Selatan dimana mayoritas penduduknya adalah muslim. Program ini adalah bentuk upaya dari mereka untuk meningkatkan kualitas pendidikan pelajar muslim di Thailand. Mengingat, wilayah tersebut merupakan salah satu daerah yang cukup tertinggal dibanding dengan wilayah lainya.
Di satu sisi, program ini juga dianggap prestigious bagi mereka yang haus akan pengalaman untuk tinggal di luar negeri.
Pasalnya, hanya ada beberapa mahasiswa saja yang berkesempatan untuk mendapatkan pengalaman
mengajar dan membaur dengan masyarakat Thailand selama 5 bulan. Terlebih semua biaya sudah ditanggung oleh pihak penyelenggara dengan kesepakatan tertentu bersama pihak kampus yang dituju, termasuk tiket pesawat dan uang saku bulanan sebesar 4000 bath atau setara ±Rp. 1.500.000 yang dapat digunakan
untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, berwisata kuliner, dan membeli
oleh-oleh sepulangnya.
Program ini diikuti oleh beberapa kampus yang tersebar di seluruh Indonesia seperti, IAIN Tulungagung, Universitas Negeri Malang, Universitas Pendidikan Indonesia, Uinversitas Muhammadiyah Palangkaraya, IAIN Kendari, IAIN Samarinda, dan beberapa kampus lainnya, dengan mengirimkan beberapa delegasinya untuk mengajar di sekolah-sekolah yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara. Para mahasiswa dari berbagai kampus tersebut ditempatkan tersebar di beberapa wilayah Thailand diantaranya Narathiwat, Pathelung, Nakhon Sitamarat, Krabi, Yala, Songkhla, Pattani, Phuket, dan beberapa lainnya.
Pada dasarnya, antusiasme dari masyarakat sekitar terkait program ini sangat luar biasa. Mereka sangat hangat dengan keberadaan para mahasiswa tersebut, terlepas dari segala kebijakan lembaga yang terkadang juga memengaruhi sikap masyarakat-mahasiswa. Tak jarang masyarakat setempat mengundang mahasiswa untuk makan bersama, memperlakukan secara istimewa, mengajak jalan-jalan menelusuri keindahan wisata, dan lain-lain. Namun tentu, semua kembali pada individu masing-masing dalam menempatkan posisinya di lingkungan barunya. Meskipun bahasa yang digunakan tidak sama, namun sebagain wilayah Thailand Selatan masih menggunakan bahasa melayu, sehingga mempermudah mahasiswa untuk membaur dengan lebih cepat.
Tidak semua
mahasiswa yang bertugas di Thailand merasa diuntungkan. Beberapa mahasiswa
mendapatkan perilaku yang kurang baik dari pihak setempat, ada pula jatah
uang saku telat hingga 3 bulan hingga tidak diizinkan untuk keluar
area sekolah. Semuanya tergantung pada lingkungan yang di tempati dan tidak menutup kemungkinan juga sikap mahasiswa itu sendiri selama bertugas, karena tidak semua tempat
memberikan pelayanan yang sama antara satu sekolah dengan sekolah yang lain, pun antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Terlepas dari segala
hal yang kurang menguntungkan, utamanya adalah pengalaman untuk menjadi pribadi
mandiri dan tangguh. Tentu, pengalaman tersebut sangat berharga bagi mereka yang ingin
mengembangkan potensi diri; membangun jejaring, sharing dan
terlibat dalam forum-forum di sana, membantu meningkatkan wawasan,
mengkaji Islamic studies di negara minoritas Islam,
mempelajari secara langsung mengenai cross culture
understanding, membangun kepercayaan diri, yang akhirnya mampu meningkatkan
kualitas mahasiswa secara sustained.
Komentar
Posting Komentar